Minggu, 30 Oktober 2016

jadi penonton yang bijak dengan mengetahui sejarah yang sebenarnya



          Beberapa tahun terakhir ini indonesia sedang dilanda dengan demam film-film luar dengan ceritanya yang mengangkat tema sejarah, seperti Ashoka, Sakuntala, Mahabharata dan Abab kejayaan. Film-film ini kebanyakan dari india dan turki. penonton dari film-film tersebut pun sangat banyak (mungkin karena bosen sama sinetron indonesia yang gitu-gitu aja kali ya). awalnya aku suka mahabharata, apalagi sama pemain krisna yang cakep atau arjunanya yang cukup mempesona. gara-gara film ini yang rangkingnya melejit film-film india jadi beredar begitu banyak di Antv.
          Akupun awalnya suka, tapi karena rasa penasaran yang besar lambat laun aku mencari ke sana sini sejarahnya. dari Cuma buka-buka di internet, sampai baca novelnya versi jawa (yang nulis orang jawa) sama versi India. film ini cukup bagus, alur ceritanya juga belum banyak dibumbuhi dengan tambahan-tambahan dari penulis skenarionya. walaupun sedikit didramatisir banget (kalau film nggak ada kayak gininya mungkin susah laku, hihi). tapi di film ini nggak sekomplit novelnya juga cerita tentang krisnanya Cuma sedikit, lebih fokus pada pandawa sama kurawa. juga di film ini mungkin yang belum tahu alur sejarahnya (cerita dalam epik mahabharata) juga belum tahu tentang Srikandi yang di sini dikatakan cewek padahal di dalam novel mahabharatanya srikandi diceritakan sudah berganti kelamin menjadi laki-laki. di sini tokoh pandawanya pada sabar-sabar banget. di sini tidak ditampilkan bagaimana drupadi sering memanas-manasi kelima suaminya tentang perbuatan jahat kurawa pada mereka saat di pengasingan.

          Yang berikutnya tentang sakuntala dan Ashoka. Sakuntala sendiri filmnya mengangkat cerita tentang wanita yang menjadi nenek moyangnya padawa. yang aku ingat banget dari film ini (walaupun udah lama ya) adalah tentang raja... yang menikahi sakuntala di tempat resi... ketika pulang kekerajaan dan meninggalkan istri (yang sedang mengandung anaknya) dia hilang ingatan, ini membuatnya tidak mengakui sakuntala dan anaknya ketika datang ke kerajaan untuk meminta pengakuan. padahal cerita aslinya si raja memang tidak mengakui sakuntala dan anaknya sendiri karena malu. terus datanglah suara dari langit yang mengatakan bahwa anak itu anaknya. takut merasa malu lagi kemudian iapun menerima sakuntala dan anaknya. beda banget kan sama yang ada di film.
          film abad kejayaan sendiri kalau bisa dibilang sih banyak banget fiksinya. juga karakter Hurremnya terlalu jahat banget.
          Kalau kalian yang suka korea nih, kalau drama korea emang banyak sih yang mengangkat tema sejarah dan sama seperti film-film lainnya, banyak fiksinya. tapi kayaknya yang asik dari film korea adalah kita akan dibawa ke cerita yang seru dan  menguras emosi di tengah filmnya sebelum tamat.
          Ya bagi kalian yang pengen nonton film yang bener-bener diambil dari sejarah, saran aku sih nonton  Oemar. hehe kalau ini sih filmnya bener-bener menceritakan Umar Bin Khattab. tapi kembali pada kita. kadang film juga diciptakan untuk menghibur ataupun membuat kita tahu tentang sejarah tersebut.
          Oke, buat kalian yang suka dengan drama korea yang  mempunyai cerita sejarah, jangan marah ya......


Berbagi Itu Keren

            Kemarin nggak tahu-tahunya aku bisa semangat ikut kegiatan yang diadain oleh sekolah (walaupun ya tiap tahun nggak ganti kayak gitu-gitu aja). Kegiatan itu namanya Road to Menjer-Sikarim (kalau nggak salah sih). Kita melakukan jalan sehat dari Desa Jengkol ke Telaga Menjer. Emang semuanya lancar-lancar aja walaupun sampai di tempat tujuan aku yang paling akhir sama 3 teman sekelasku. Sambil jalan sambil bercanda dan ngomongin lucunya film Warkop Reborn sama beberapa film lain yang dapet penghargaan.

            Acaranya diisi dengan nyanyi-nyanyi dan pembagian dorpres di Telaga Menjer. Di tengah acara bapak kepala sekolah memberikan kesempatan kepada Mas Ipung (maaf ya kakak kalau penulisan nama kurang bener) untuk mengisi acara. Ternyata ini berhubungan dengan kegiatan sosial BERBAGI KURSI RODA yang beberapa hari lalu telah kami lakukan dengan menyumbangkan sejumlah uang untuk membeli kursi roda.

            Kami acara ini diisi dengan menyanyikan lagu Anji yang lagi ngehits nih judulnya “Dia” dan dua lagu regge yang  judulnya “Hitam Putih” sayang lagu regge satunya aku lupa karena aku sendiri nggak hafal liriknya, ketika Mas Ipung mulai mengisi acara kakak-kakak PKH menaruh dua poster BERBAGI KURSI RODA.
 Mas Ipung ini bilang sekolahku merupakan salah satu sekolah yang ikut dalam gerakan peduli kursi roda. Kegiatan sosial berbagi kursi roda ini ternyata sudah sampai ke Kementrian Sosial, dan merupakan kegiatan pertama yang dilakukan di seluruh indonesia (bahkan di seluruh dunia mungkin ya).” Harapan mereka itu Cuma satu mereka nggak pengen dibilang nyusahin orang lain, setidaknya dengan kursi roda ini mereka bisa melihat lingkungan sekitar mereka.” begitu kata-kata mas ipung yang sangat kuingat.
 Mas Ipung juga menyebutkan berapa jumlah kursi roda yang sudah dibagikan, ratusan jumlahnya (aduh lupa lagi nih jumlahnya berapa). setelah itu kami berfoto-foto ria (kayaknya mukaku nggak kelihatan nih di fotonya). mas ipung juga berpesan untuk menguplop ke medsos dengan hastake “Peduli itu keren” agar lebih banyak lagi kegiatan seperti ini dilakukan. Beberapa hari ini teman-teman di BBM dan yang punya Instagram pada menguplop kegiatan kemarin. sayang aku nggak punya instagram maupun BBM jadi kurang tahu L. tapi kegiatan kemarin sangat bagus dan mengingatkan kita untuk selalu berbagi kepada siapapun.

Hijab Syari Merusak Budaya?


          Kesel dech, kemarin baru baca artikel tentang hijab itu tidak diwajibkan terus ada kata-kata yang aku inget banget kalau bangsa timur tengah mulai melepas hijabnya sedangkan bangsa indonesia palah mulai mengadopsi budaya mereka, katanya tuker budaya gitu. Apalagi diselingi ayat-ayat tentang hijab, huff, pengen ngomong apaan sih ini orang. Hijab itu kan wajib apalagi hijab itu melindungi kita.
          Awalnya aku mikir, iya sih, iyaiya.....
          Aku juga kemarin baca artikel tentang seorang yang dikritik karena membandingkan orang bercadar dan orang pake kebaya (hehe lupa nih orangnya). Waktu lihat itu aku berfikir, iyaiya...iya sih bener....lumayan bener. Tapi ketika aku fikir-fikir lagi, itu kan yang disandingi orang bercadar apalagi di indonesia kan orang bercadar nggak banyak banget (maaf tidak bermaksud menyindir kalian yang bercadar).
          Tapi ketika aku berfikir lebih dalam, kayaknya nih orang salah dech, aku sendiri berhijab tapi kalau masalah budaya kayak pakaian kebaya atau batik Masih anggun aja, juga kalau orang berhjab syari mempertahankan budaya. Cuman jaman sekarang aja pada males pake kebaya atau batik untuk menunjang penampilan yang modern.
(http://azzahra9.blogspot.co.id/2014/01/hijab-syari.html)

          Menurutku sih berhijab enggak ngerusak budaya kok. Walaupun kita enggak bisa pake sanggul karena hijab yang  kita kenakan menutup dada, buktinya baju seperti batik atau kebaya atau yang lainnya masih bisa dipake dengan anggun. Kalau kebayanya bolong-bolong (susah banget sih ngomongnya,) / transparan yang masih menampakkan daleman, kita kan bisa pake  mangset atau pakaian trasdisional lain yang pendek bisa dipanjangin.

          Pokoknya hijab syari menurutku sama sekali tidak merusak budaya. Tergantung dari orang itu mau melestarikan pakaian tradisional kita atau enggak. Dan masalah orang bercadar (yang disandingkan dengan orang pake kebaya) itu haknya dia. Lagian sebagian besar dari kita juga tidak banyak yang berani pake cadar. Itu kan keyakinan sendiri jangan usik orang lain karena perbedaan dech. 

Film moga bunda disayang allah


Film ini mungkin sudah lama terdengar di telinga kalian, rilis tahun 2013 yang diadaptasi dari novel tere liye dengan judul yang sama. Menceritakan tentang Karang, seorang pemuda yang sangat mencintai  anak-anak namun kecelakaan disebuah kapal yang menewaskan banyak korban membuatnya menjadi seorang pemabuk yang jauh dari anak-anak. Disisi lain, dalam sebuah rumah mewah melati, seorang anak yang buta dan tuli juga bisu terputus dari dunianya, semakin hari sifatnya menjadi lebih pemarah dan liar. Melihat kondisi putrinya yang semakin memburuk sebuah harapan kecil pun muncul, bunda mengirimkan beberapa surat kepada Karang. Awalnya Karang tidak peduli dengan surat tersebut hingga Bunda HK pun mendatangi rumahnya namun hal ini tetap sia-sia. Esok harinya Karang berubah pikiran kemudian Karang mendatangi rumah bunda dan Tuan HK. Kesan pertama Karang yang liar membuat Tuan HK mengusirnya. Namun Bunda HK yang melihat perkembangan putrinya yang bisa makan dengan sendok membuatnya menerima Karang kembali selama Tuan HK di luar negeri. Karang berusaha mengajari melati keluar dari keterpurukannya dengan mengisolasinya disebuah ruang yang jauh dari bunda dan orang-orang yang menyayanginya. Bersama melati lah Karang lambat-laun dapat memaafkan masalalunya  dan kembali bertemu dengan Kinasih, seorang wanita dari masa lalunya yang juga menyukainya.
(cover novel yang kubaca dan poster filmnya, 
terlihat di sini kinasih sama sekali tidak berhijab)

Film moga bunda disayang allah ini banyak mengajarkan tentang kesabaran, rasa syukur, kebaikan, kepercayaan, kerja keras, juga sifat untuk selalu mengingat akan kebesaran allah. Tapi yang aku kecewa dari film ini (setelah berkutik dengan novelnya) adalah sosok Kinasih yang di sini tidak berhijab berbeda banget sama penggambarannya di novel.
Kayaknya kalau novel tere liye selalu aja ada pesan dan kata-kata yang selalu menyetuh hati. Selalu buat kita baper kalau baca atau nonton filmnya. Apalagi dengan tema berbaikan dengan masa lalu yang kadang menjadi problem hidup seseorang. Sebagian dari cerita juga terdapat unsur-unsur islami namun masih mempertahankan alur cerita tersebut. Tidak ada tokoh-tokoh yang dengan secara langsung menjadi penceramah namun lewat alur cerita, sifat dan kebiasaan tokoh serta bahasa yang ringan membuat pesan yang ingin disampaikan lebih terasa dari pada membaca buku-buku islami ataupun motivasi yang kadang menggunakan bahasa yang berbelit-belit juga materi yang banyak, kadang membuat kita bosan membacanya.
Yang paling  harus kalian tahu nih, novel ini terinspirasi dari kisah hidup Hellen Keller. Seorang yang merupakan gambaran real dari melati. Hellen, lahir normal namun karena sebuah kecelakaan ia buta, tuli dan bisu, dengan bantuan anne sullivan ia dapat berkomunikasi lewat media air. Ia merupakan seorang penulis dan aktivis sosial. Ia juga dapat membaca huruf braille dalam bahasa inggris dan prancis. Ia juga telah berkeliling dunia untuk berbicara dengan banyak pemimpin negara untuk aksi sosialnya terhadap orang-orang buta.

Akhir kata terimakasih untuk teman sebangku Ira Kurnia Dewi yang mau mengetik naskah ini, semoga menjadi berkah. Amiiiiin :)

Lelaki Impian Part2

                                      *************** 
          Tit....tit....titttttttt
          Suara hpku berbunyi segera kusambar dan kujawab panggilannya.
          “Halo Assalamualaikum.” Suara Mbak Atik terdengar begitu riangnya.
          “Waalaikumsalam” jawabku.” Mbak Atik apa kabar? Udah tiga bulan nih nggak kedengeran kabarnya, katanya lagi buat Skripsi kok belum selesai-selesai sih.”  
          “Alhamdulillah, aku udah sidang, Dhek. Kamu jangan lupa datang ke acara wisudaku ya, awas kalau sampai kamu nggak ikut, kuabrak-abrik nanti rumahmu sampai kamu mau ikut.”Canda Mbak Atik di telephon.
          “Iya....iya dech, pasti aku datang apa sih yang enggak buat Mbak Atikku tersayang....” Balasku dengan candaan juga.
                  
                                                *************
          Aku kembali merasa semangat untuk kembali menempuh pendidikanku sambil bekerja.  Hari-hariku kembali kulalui seperti biasa, sabtu minggu pergi ke kampus sepulangnya bekerja kembali seperti hari biasanya. Kudengar kios di sebelahku sudah menjadi toko makanan khas, hal yang mengejutkan untukku bahwa pemiliknya adalah Arkan dan Rehan.
          Mungkin kehidupanku kembali seperti biasa lagi seperti di desaku ketika aku kembali lebih sering bertemu dengan Arkan. Tapi rasa ini masih sama. Dan mataku tidak bisa berhenti menatapnya lebih lama jika aku bertemu dengannya.
          Ada apa denganku? Kenapa seperti ini? Kenapa aku begitu pengecut?

                             *************** 
          Keberanianku muncul ketika aku melihatnya keluar dari masjid setelah dia solat Dhuha. Apapun jawabannya aku akan siap menerimanya. Aku sudah tidak bisa lagi seperti ini. Aku sudah capek menjadi orang yang selalu menatapnya dari kejauhan, selalu berusaha menyembunyikan perasaanku. Kulahkahkan kakiku mendekatinya, berharap aku ada jawaban yang selama ini kuinginkan.
          Semakin dekat.... Dan semakin dekat lagi....
          “Aura!” Suara laki-laki memanggilku dari belakang.
          Aku menoleh, itu Rehan ternyata.
          “Aku pesan nasi dengan daging ayam seperti biasa,” dia memegangi perutnya lalu tertawa kecil.” Tolong cepat ya, perutku sudah lapar.”
          Aku menganggukkan kepalaku dengan tubuh kaku. Rencanaku hancur hari ini, keberanianku hilang seketika. Rehan.... Kenapa kamu lakukan ini padaku? Kenapa? Padahal selangkah lagi aku bisa mengatakan isi hatiku, selangkah lagi.

                                      *************** 
         
          Seperti rencanaku sebelumnya aku ikut dalam Wisuda Mbak Atik dari awal acara sampai selesai. Pidato demi pidato satu persatu mahasiswa kudengarkan, termasuk juga pidatonya Mbak Atik. Selesai acara aku dan keluarga Mbak Atik berfoto bersama. Kulihat banyak mahasiswa lain yang melemparkan topi wisudanya, mengenakan jubah wisudanya yang membuat mereka terlihat sangat gagah. Kapan aku bisa seperti itu?
         
                                      *************** 
          Hari pernikahan Mbak Atik sudah ditentukan. Aku sudah seperti adiknya sendiri jadi tidak perlu undangan dan bebas ikut terlibat dalam acara pernikahannya. Dari  desain baju yang dikenakan, tata ruang sampai jadi spikolog dadakan pun menjadi pekerjaanku selama  persiapan pernikahannya.
          “Tenang mbak, jangan gugup, si cantik kan


Ada di sini” candaku sambil memegangi tangan Mbak Atik yang sudah gemetaran.
          Mbak Atik hanya tersenyum tipis.
          Tit....tit....titttttttt
          Sebuah panggilan masuk ke hpku. Aku segera menepi dari Mbak Atik dan buru-buru menjawab telephon.
          “Mbak, Mbak Aura tengok ke belakang dech” kata suara di balik telephon, dasar adikku ada-ada saja. Aku mendongakkan kepalaku ke belakang. Ternyata adikku ada di sana, sedang melambaikan tangan ke arahku. Aku segera mendekatinya.
          “Ngapain kamu ke sini? Pake apa ini? Kamu mau jadi selundupan di sini ya pake ginian, dandanannya menor banget lagi.” Komentarku pada make up tebal dan  kebaya yang dikenakannya.
          “Mbak ini gimana sih, kan kemarin aku bilang aku bakalan jadi pagar ayu”
          “Pagar ayu? Siapa yang nikah?”
          “Itu” tunjuk adikku pada seorang pria yang sedang duduk di bangku pengantin.
          “Ar... Arkan....” Ucapku terbata-bata.
          Aku berusaha menahan tubuhku agar tidak goyang. Ya Tuhan, itu benar Arkan, jadi yang sekarang menjadi suami Mbak Atik adalah Arkan. Lelaki impianku yang sudah bertahun-tahun kukagumi.
          “Mbak.... Mbak kenapa?” Tanya Santi yang sudah memegangi tanganku dengan kuat.
          “Engg...Enggak, kamu ke sana aja dulu nanti kamu dicari rombongan.”
          Kulihat wajah bingung adikku mendengar ucapanku, tapi dia hanya menurut saja. Aku pun kembali pada Mbak Atik. Kutatap wajahnya lekat-lekat, akad nikah sudah dibacakan. Lelaki impianku sudah dimiliki wanita lain, wanita yang sudah kuanggap seperti kakakku sendiri. Hatiku sudah sangat perih, remuk semua seakan semuanya sudah runtuh tidak ada harapan. Apa yang harus kulakukan sekarang? Pertanyaan itu ada dalam hatiku.  Aku berusaha menyembunyikan kesedihanku, kupapah Mbak Atik menuju ke tempat duduknya di samping Arkan. Tapi aku tidak bisa bersandiwara terlalu lama.
          Kulangkahkan kaki menjauhi keramaian. Air mataku sudah mengalir begitu saja.” Apa yang harus kulakukan?” Isakku sambil beberapa kali menghapus air mataku. Jadi orang yang taaruffan dengan Mbak Atik adalah Arkan, Arkan Amirruddin. Kenapa aku tidak menyadarinya sedari dulu sejak pertemuanku dengan Mbak Atik di desa waktu itu? Kenapa? Kenapa aku punya begitu banyak harapan yang kini sudah pupus?
          “Ini, kayaknya kamu butuh ini sekarang” Ucap Rehan yang tidak kusadari sudah ada di dekatku dan mengulurkan kotak tissue padaku.
          “Apaan ach” ucapku sedikit sinis.
          “Kamu suka ya sama Arkan?”
          “Tidak” ucapku berbohong.
          “Jawab saja dengan jujur, daripada hatimu semakin sakit.”
          Aku tidak merespon. Aku tidak mengambil tissue yang diulurkannya padaku. Kutahan sebaik mungkin air mataku agar tidak jatuh, tapi sial, tetap saja aku wanita lemah apalagi yang bisa kulakukan selain mengungkapkan emosiku dengan menangis.
          “Arkan sudang taaruffan dengan Eka Atika kira-kira setahun yang lalu, dan dia melamarnya beberapa bulan yang lalu.”
          “Tidak apa-apa kok, aku ikhlas, mungkin bukan jodohku saja.” Jawabku sambil menarik selembar tissue dari genggamannya. Kuulap air mataku dan berusaha membenarkan kembali riasan make upku. Aku sudah tidak bisa berbuat apapun sekarang. Aku tidak mungkin menjadi orang jahat  yang akan menghancurkan pernikahan orang yang sudah seperti kakakku sendiri, aku juga tidak mungkin memutar kembali waktu agar bisa mengungkapkan rasa di hatiku padanya bahkan jauh sebelum setahun lalu. Ini sudah takdir, takdir yang Allah SWT berikan padaku.

                                      *************** 
          Tidak terasa aku sudah mendapat gelar Sarjanaku, dan tiga tahun ini aku sudah tidak bekerja lagi. Sejak wisudaku, kuputuskan untuk pindah ke luar kota. Aku tidak mendapatkan pekerjaan selayaknya jurusan yang kuambil di universitas, kini aku lebih sibuk menulis, beberapa novelku sudah laku di pasaran. Alhamdulillah, novel ketigaku best seller sekarang.      Hubunganku dengan Mbak Atik juga masih baik-baik saja. Aku pun punya kesibukan tersendiri sebagai penulis sekarang. Entah kenapa walaupun aku perlahan-lahan mulai melupakan Arkan, tapi rasa sakitku belum juga hilang.
          “Halo Assalamualaikum Mbak Atik apa kabar?” Sapaku ketika mendapat panggilan darinya.
          “Halo Waalaikumsalam, Aura, kamu ini kemana aja sih! Kayak aku nikah sama orang yang kamu suka aja sejak pernikahanku itu kamu ngilang kayak ditelan bumi sebenarnya kamu itu di mana sih! Aku khawatir nih nggak pernah denger kabar dari kamu.”
          Aku pun tersenyum mendengar candaan Mbak Atik. Emang itu bener Mbak, ungkapku dalam hati.
          “Enggak kok mbak, Cuma lagi pengen fokus sama cita-cita masa kecil.”
          “Emang apa hubungannya cita-cita sama kamu pindah sekarang? Kamu..........” Ucapan Mbak Atik terpotong dan kudengar samar-samar dia sedang berbicara dengan orang lain.” Halo, Aura, ini ada Rehan, katanya pengen ngomong sama kamu.”
          Dug, hatiku berdetak. Untuk apa Rehan mau bicara padaku?
          “Halo assalamualaikum, Aura.”
          “Waalaikumsalam Rehan,” jawabku ramah.
          “Apa kamu baik-baik saja sekarang?”
          “Iya, tentu.”
“Kenapa kamu pindah ke Semarang?” Tanyanya dari balik telephon.
“Aku ingin mencari pengalaman, bosan aku di kota kelahiran terus.” Jawabku mencari alasan.
“Apa ini karena.....”
Ucapan Rehan segera terhenti, aku tahu apa yang akan dia katakan.
“Apa kamu masih menyukainya?” Lanjutnya kembali bertanya.
“Tidak.”
“Jawab dengan jujur!”
“Tidak, aku sudah sangat jujur, TIDAK!”
“Oooh”
“Rehan.”
“Ya”
“Terimakasih untuk waktu itu, kamu sudah menolongku.” Ungkapku berusaha berterimakasih padanya karena telah menjauhkanku dari Arkan ketika aku berusaha mengungkapkan isi hatiku waktu itu.
“Apaan, oh ya kamu sabtu besok bisa nggak pulang ke rumah orang tua kamu?”
“Kenapa?”
“Ya, Sabtu besok bisa nggak?”
“Insyaallah bisa.”
“Jangan hanya insyaallah, jawab yang bener bisa nggak?”
“Iya, aku akan pulang besok sabtu.”
Jawabku sedikit kesal karena terus dipaksa. Hari jumatnya pun aku segera menyiapkan segalanya untuk pulang kampung. Agar tidak terlambat datang untuk menepati ucapanku pada Rehan. Ibuku cukup senang aku pulang ke rumah, kuberikan juga beberapa novel buatanku pada adikku. Sampai hari sabtu datang pun aku masih penasaran kenapa Rehan menyuruhku pulang? Lalu kenapa kemarin bertanya kepadaku apa aku masih suka dengan Arkan atau tidak?
“Aura, sayang ibu mau berbicara sebentar padamu.”
          “Iya, bu, ada apa?”
          “Kamu tahu orang yang tinggal di rumahnya Arkan? Itu yang namanya Rehan, hari ini dia melamar kamu, nak. Jadi apa jawabanmu sekarang?”
Dug...dug....dug....
Hatiku berdetak keras. Perasaan lain muncul dalam diriku bersamaan rasa kagetku. Inikah jawaban kenapa dia menyuruhku untuk pulang hari sabtu? Dia ingin melamarku.
“Itu.... Ibu bolehkah aku bertemu dengannya dulu? Bolehkah kami membicarakan ini terlebih dahulu?” Tanyaku agar aku tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Ibuku mengangguk, segera Rehan datang menemuiku.
“kenapa begitu mendadak? Kenapa kamu langsung melamarku, bukankah kita bisa taaruffan terlebih dahulu? Kamu benar-benar membuatku bingung sekarang.”
“Aura, dengarkan aku terlebih dahulu, aku sudah menyukaimu sejak pertama aku datang ke rumahmu bersama Arkan waktu itu, kamu ingat? Waktu kita membutuhkanmu sebagai panitia pengajian, lambat laun aku mulai menyadari bahwa kamu menyukai Arkan, dari caramu memandangnya, berbicara dengannya dan puncaknya pada hari setelah dia selesai solat duha, aku ingin mengatakan padamu bahwa dia sudah menghitbah orang lain, tapi aku takut membuatmu kecewa.”
“Aku tahu aku tidak bisa seperti Arkan, entah apa yang membuatmu kagum darinya. Tapi kumohon, dengan apa adanya diriku, kuharap kamu mau menerimaku menjadi imammu nanti.” Lanjut Rehan sembali menundukkan kepalanya.
Aku berusaha mengambil keputusan terbaikku. Kuingat waktu-waktuku bersamanya dengan orang yang tidak kusangka dia akan begitu mencintaiku. Lelaki impianku yang sudah lama kuimpikan sekarang sudah menjadi milik orang lain. Justru orang lainlah yang tidak kusangka akan melamarku hari ini, mengungkapkan bagaimana isi hatinya sebelum aku yang mengungkapkannya. Aku pun mengangguk tanda setuju, ini keputusanku. Aku menerimanya menjadi imamku nanti. Dialah yang mungkin telah rencanakan untukku. Jodohku yang tidak kusangka akan datang dengan sendirinya tanpa kuharapkan.



Lelaki impian



            Namaku Sarahfina Aura. Panggil saja Aura. Aku punya satu orang adik perempuan yang suka dandan, juga ayah dan ibu yang selalu harmonis, seperti keluarga pada umumnya. Aku tinggal di sebuah desa kecil yang bisa dijangkau dengan bergabai macam kendaraan tapi jauh perkotaan. Sebagai anak pertama aku harus menempuh pendidikanku hanya sampai SMK, lalu kulanjutkan jenjang pendidikan berikutnya dengan bersekolah di universitas satu-satunya di kotaku dengan uang hasil kerjaku. Aku bekerja di rumah makan dengan gaji yang lumayan terlebih aku mendapatkan makan dan tempat tidur gratis juga dekat dengan kampusku. Uang yang kudapatkan cukup untuk membayar sppku dengan menyisihkan sebagian gajiku tiap bulan.
            Di tempat ini aku bekerja dengan beberapa pegawai tetap juga dengan seorang yang kupanggil Mbak Ati yang juga sekolah sambil kerja sepertiku. Kami tinggal di tempat yang sama orangnya sangat baik dan mudah akrab dengan siapapun. Suatu malam dia bercerita tentang taaruf padaku. Awalnya kami hanya basa-basi saja, namun semakin dalam kami bercerita semakin membuatku teringat tentang sosok lelaki yang kukagumi dan kuimpikan sebagai imanku di masa depan.
            Aku masih ingat ketika aku masih kecil dan dia baru lulus SD, kudengar kabarnya bahwa ia akan dimasukkan di pondok pesantren salah satu kota ternama di indonesia. Aku tidak begitu peduli waktu itu, tapi semakin bertambahnya usiaku aku mulai mengaguminya, mengagumi sifatnya yang suka menolong orang lain,rajin ke masjid, juga orangnya yang ramah.  Kami sering berpapasan ketika berjalan, entah dia mau ke masjid atau aku yang ada keperluan ke tempat saudara. Hatiku terasa sangat sesak ketika mengingatnya. Aku merasa belum sempurna, aku juga tidak pantas untuknya. Kenapa dia, kenapa harus dia? Ya Tuhan kenapa wajah orang itu yang terlintas dalam benakku?
            “Dhek, dhek.... Kok nglamun”
            Aku segera tersadar dari segala fikiranku tentangnya.
            “Enggak kok, Mbak, tadi mbak ngomong apa? Maaf mbak kayaknya aku lagi sulit nyambung nih.”
            “Ada yang ngajak mbak taaruffan.”
            “Siapa, Mbak?”
            “Namanya Amirruddin, mbak sih belum pernah lihat orangnya tapi katanya dia pernah bertemu denganku.”
            “Mbak udah yakin?” Kataku balik bertanya.
            “Insyaallah kalau dia yang Allah berikan untuk jadi jodoh Mbak siap menerimanya.”
            Aku pun ikut senang dengan cerita yang Mbak Atik katakan padaku. Aku berharap Tuhan akan segera menunjukkan seorang juga yang akan menemaniku nanti. Semoga saja orang itu adalah lelaki impianku yang sudah melekat dalam ingatanku begitu lama.
            Keesokan harinya aku mendapatkan pengumuman dari dosenku bahwa aku akan melaksanakan PPL karena aku sudah semester enam sekarang. Aku izin kepada pemilik rumah makan untuk tidak bekerja selama aku PPL. Aku mendapat tempat PPL di salah satu SMP yang dekat dengan rumah orang tuaku, aku kembali tinggal di desaku selama tiga bulan ke depan.
            Di sini aku jadi sering bertemu Arkan, nama lelaki impianku. Aku juga sering berpapasan kembali dengannya, dia hanya melihatku sesaat seperti bertemu orang pada umumnya lalu dengan cepat menundukkan kepala. Aku berusaha menahan perasaanku yang terasa sakit. Apakah aku pantas dengannya? Apakah aku pantas bersanding dengannya, aku hanya orang biasa, aku tidak begitu mengagumkan dariku, tidak ada dariku yang akan membuatnya tertarik.
            Kutarik nafasku dalam-dalam dan segera mempercepat jalanku.” Sudahlah, jika dia jodohku, Tuhan pasti akan membawakannya nanti untukku” bisikku dalam hati.
            Aku cukup senang menjadi guru sementara selama PPL di SMP. Sekalian mengawasi adikku yang kebetulan juga sekolah di sana. Setiap paginya kulewati rumahnya, dengan wajah yang pura-pura tidak peduli aku pun berusaha menyembunyikan naluriku untuk selalu ingin bertemu dengannya.
            “Assalamualaikum” suara seorang pria mengucapkan salam memasuki rumahku. Aku pun buru-buru memakai jilbabku dan menyambut tamu yang datang. Ternyata itu Arkan dan seorang lagi yang kutebak dia adalah teman dekatnya. Hatiku terasa berdekup kencang. Arkan ada di sini, sejak kapan dia mau datang ke rumahku? Pertanyaan demi pertanyaan kembali datang dalam fikiranku, aku berusaha tersenyum dan positif thinking. Dengan ramah Arkan dan temannya pun menyampaikan maksudnya. Mereka memintaku untuk menjadi panitia acara pengajian di desaku.
            Aku pun menyanggupinya. Kami tidak banyak bicara dan basa-basi seperti pembicaraan dengan orang pada umumnya. Acaranya seminggu lagi, kebetulan tanggung jawabku tidak terlalu banyak dan tidak berbenturan dengan jadwal PPL-ku. Aku jadi sering bertemu dengannya untuk apalagi kecuali mempersiapkan acara.
            “Nanti untuk undangan dan catering kamu aja yang mengurusnya bersama Rehan, Aura” kata Arkan yang membuat hatiku sedikit kecewa dibuatnya. Memang aku ikhlas menjadi panitia persiapan acara tapi entah kenapa setengah dari keikhlasanku adalah alasan untukku agar bisa bersama dengan Arkan.
            Hari sabtu pagi sesuai dengan janji kami untuk mengerjakan tugas kami sebagai panitia, dia pun datang ke rumahku.
            “Jadi undangan acara bagusnya mau buat sendiri atau beli undangan yang sudah jadi seperti di toko-toko?” Tanyaku pada Rehan.
            “Menurut kamu bagaimana?” Baliknya bertanya.
            “Kalau acara resmi bagusnya buat sendiri aja, sekalian aja ada kop surat desa kita biar lebih formal. Aku bisa mengerjakannya, dulu aku mengambil jurusan sekretaris di SMK, mudah untukku membuatnya.”
            “Baiklah, itu bagus dan bagaimana dengan Cateringnya?” Tanyanya.
            “Bagaimana ya?” Ucapku sambil berfikir sejenak.” Apa kamu punya kenalan yang bisa dipercaya?” Akupun balik bertanya.
            Dia nampak terdiam sejenak lalu menggerak-gerakkan pensil yang sedari tadi dipegangnya.” Ya, seseorang, itu bisa diatur.” Katanya sambil tersenyum ke arahku “bagaimana kalau kita buat saja undangannya terlebih dahulu.
            Aku pun menganggukkan kepala sebagai tanda setuju. Kami segera membuat surat undangan lalu menuliskan satu persatu tamu yang akan diundang. Jam duabelas kami  sudah selesai dan mencetaknya. Tidak terasa suara azan sudah terdengar, Rehan pun segera pamit untuk solat berjamaah di masjid. Aku pun ikut juga ke


Masjid, tapi kutunggu dia lebih jauh, nanti kalau jalan bareng takut orang yang mengira kami tidak-tidak. Sampai di depan masjid kulihat seorang pria yang tidak asing sama sekali untukku sedang duduk membaca Al-Quran di pojok  masjid. Rasanya sangat damai sekali ketika mendengar satu-persatu ayatnya dibaca dengan merdu.
            “Aura, apa kabar?” Tanya sebuah suara dari belakangku.
            “Mbak Atik!” Jawabku sedikit terkejut.” Baik Mbak, Alhamdulillah. Mbak Atik kok bisa sampai di sini sih?”
            “Ini lagi ada acara silaturahmi” jawabnya singkat.
            “Oh acara silaturahmi, kok mau ke sini nggak bilang-bilang sih, ayo mampir dulu ke rumahku.”
            “Iya tenang aja nanti Mbak ke rumah kamu. Tapi setelah solat dzuhur dulu.” Kata Mbak Atik lalu menarikku untuk masuk masjid. Untung saja yang kuajak bicara orang yang rajin solat, kalau bukan tentu saja aku tidak jadi solat berjamaah hari ini karena terlalu asyik ngoborol juga karena aku sedikit pelupa.
            “Mbak kok jarang sms, BBM, atau ngasih kabar gitu, kenapa sih Mbak?” Tanyaku selesai pulang dari masjid.
            “Mbak lagi buat skripsi.”
            “Lagi buat Skripsi!” Kataku kembali terkejut “beneran, Mbak, jadi bentar lagi wisuda donk.”
            “Insyaallah, doain aja sukses.”
            “Amin” ucapku ikut mendoakan Mbak Atik.
            Pertemuanku dengan Mbak Atik cukup menyenangkan. Mbak Atik menceritakan rencananya setelah wisuda yang katanya akan segera menikah, dan aku sedikit bercerita tentang orang yang kusuka. Tapi tidak secara langsung menjerumus pada Arkan , takutnya jadi masalah baru nantinya.
            Keesokan harinya aku kembali bersama Rehan untuk mencari tempat katering, rencanya kami akan mensurvey terlebih dahulu. Kami berangkat menggunakan mobil miliknya. Sedikit canggung rasanya semobil berdua dengan orang yang baru kukenal. Apalagi kami lebih banyak diam.
            “Jadi sudah berapa lama kamu berada di sini?” Tanyaku berusaha mencari topik pembicaraan.
            “Kira-kira tiga tahun ini.” Jawabnya singkat.
            “Tiga tahun, jadi sudah punya rumah donk di sini?”
            “Tidak, aku menumpang di rumah Arkan.”
            “Oh, kamu saudaranya atau....”
            “Teman, dulu waktu di Jawa Timur. Kami akrab, dan memutuskan untuk berwirausaha di sini sekalian menyebarkan ilmu.”
            Hatiku mulai terasa kembali berdebar ketika mendengar nama Arkan. Aku pun mulai bersemagat mencari tahu bagaimana kehidupannya di pondok pesantren.
            “Kamu sama Arkan dulu di sana gimana? Pasti seneng ya pernah tinggal di pondok pesantren ternama.”
 “Ada senengnya ya ada enggak juga ada.”
            Rehan tersenyum ke arahku. Dia lalu menceritakan kehidupannya di sana bersama Arkan dan teman-teman lainnya. Dia juga menceritakan bagaimana pertemanannya bersama Arkan yang terjalin begitu erat.

            Setelah mencari ke sana-kemari akhirnya kami menemukan tempat yang tepat. Beberapa hari kemudian pengajian pun dilaksanakan sesuai rencana, semuanya sukses. Dan sejak saat itu aku dan Arkan kembali seperti dulu, hanya bertemu waktu berpapasan saja atau ketika sedang solat di masjid. Setelah masa pplku habis aku kembali bekerja, dan menyelesaikan semua tugas dari dosenku. Aku pun harus rela kembali sama sekali tidak bertemu dengan Arkan, Ya Tuhan jika dia memang ditakdirkan untukku pertemukanlah kami dalam sebuah ikatan.

Selasa, 18 Oktober 2016

TERE-LIYE KISAH SANG PENANDAI


Haduh, baru beberapa hari ini lagi sibuk baca novel. Hehe, maklum baru kelas 12 palah jadi sering baca novel, dulu-dulu sih ogah. Nah, setelah berkutat dengan ratusan buku di perpustakaan daerah akhirnya pilihan jatuh pada novel Tere-Liye, Kisah sang penandai. Ini novel ke dua Tere-Liye yang kubaca. Setelah novel satunya yang berjudul Rindu.
Novel ini bercerita tentang Jim seorang pemuda yatim piatu pemain biola yang hidup di sebuah kota kecil. Sebuah dongeng  cinta tentang pendiri kota tersebut membuatnya  sangat percaya akan cinta sejati. Pertemuannya dengan Nayla membuahkan cinta yang berakhir dengan perpisahan yang sangat menyedihkan. Nayla meninggal meminum racun akibat ketidakberdayaan Jim membawanya lari dari perjodohan Nayla dengan pemuda pilihan keluarganya.
          Di saat kesedihan itu datang, Sang penandai, (orang yang menjaga dongeng-dongeng) datang memilih Jim mengukir  dongengnya sendiri. Lepas dari pemburu baduin yang ingin membunuhnya sebagai balasan atas kematian Nayla, Jim yang mengikuti saran sang penandai, mengikuti sebuah ekspedisi menemukan Tanah Harapan. Bersama armada kota terapung, Jim mengarungi lautan luas membawa kenangan di hatinya yang tak kunjung hilang, bahkan berkali-kali membuat menangis,  ketertarikannya pada alat musik petik yang dilihatnya di sebuah kota membuatnya akrab dengan kamar satu kabinnya bernama Pate yang menjadi teman dekat yang selalu menemaninya. Di kapal inilah Jim mengetahui ada orang lain yang terpilih juga oleh sang penandai, adalah Laksamana Ramizez yang dijanjikan memiliki dongeng berhubungan dengan masa lalu, masa sekarang, juga masa depan.
          Berbagai peristiwa dan pertemuan-pertemuan baru membuat kenangan akan nayla kembali datang. setelah pertempuran dengan para perompak, Jim bertemu dengan seorang gadis ketika menemani Pate pergi ke puncak adam. Juga dijodohkan dengan gadis yang bernama sama dengan kekasihnya, Nayla di Kota Champa. Namun masa lalunya dengan Nayla berbuah kesetiaan juga kesedihan tidak dapat berdamai dengan masa lalunya. Hingga akhirnya sebuah kejutan akan harga sebuah kepercayaan pun ada di akhir kisah ini.
Kalau bisa dibilang sejauh ini aku suka dengan novel Tere-Liye. Hehe Om Darwis keren banget nih dalam menggambarkan alur ceritanya yang ada di laut. Apalagi bahasa dalam novel ini ringan dan cocok untuk semua umur, walaupun tebel juga kayak novel rindu tapi kalau udah baca novelnya nggak bisa nolak untuk buka halaman berikutnya lagi...lagi dan sampai ending novel ini.
Tapi setelah kemarin aku berkutat dengan novel rindu yang waduh, kesel sama bentuk font penulisannya yang tebel dan lumayan kayak ketikan jadul buat aku jenuh juga dengan bentuknya. Tapi isinya tetep penuh dengan amanat-amanat baik.
Ketika tahu novel ini  sebagian besar settingnya di laut, jadi inget novel Rindu juga. Tokoh Jim di sini mengingatkanku pada tokoh si Ambo Uleng yang sama-sama membawa masa lalu yang getir tentang cinta sejatinya (sama-sama tidak direstui dan berpisah, walaupun yang satunya bunuh diri dan satunya lagi emang kagak direstui).
novel ini akan membawa kita pada fantasi-fantasi, dan cukup membuat kita menebak-nebak di mana sih sebenernya setting negara tempat tinggal Jim? atau  di mana negara-negara tempat laksamana Ramizes dan armada kota terapung kunjungi untuk menuju Tanah Harapan. Terus Tanah Harapan itu sendiri sebenarnya ada di mana?

Buat yang penasaran bisa langsung lihat tabungan, itung duit terus ke toko buku beli buku ini atau... tanya temen-temen kalau ada yang punya pinjem buku ini, atau cari di perpustakaan sekolah/ perpustakaan lainnya, terus pinjem buku ini. hehehJ bercandanya nggak lucu ah. 

Kamis, 25 Agustus 2016

Zotopia




          Film ini merupakan film terbaru dari Walt Disney Animation Studios menceritakan tentang Judy Hoops, yang baru tinggal di sebuah tempat bernama Zotopia yang dihuni oleh hewan-hewan yang telah berevolusi dan hidup layaknya manusia. Judy yang baru saja diangkat sebagai  polisi setelah perjuangan panjangnya di pelatihan merasa sangat yakin bahwa dia akan menikmati pekerjaannya namun di saat pembagian tugas dia hanya menjadi petugas parkir yang mengharuskannya hanya mengisi tiket setiap harinya.

          Sampai sebuah ketidaksengajaan membuatnya berhasil menangkap seorang pencuri. Namun bukannya mendapat pujian dari atasan, ia dimarahi karena meninggalkan tugasnya. Di saat itu juga seorang berang-berang wanita yang mencari yang hilang. Awalnya atasannya tidak menyetujuinya, namun karena desakan dari ibu walikota (yang kebetulan teman masa kecil Judi) ia pun mengijinkan Judymenyelesaikan kasus ini namun hanya dalam waktu 48 jam untuk menyelesaikan tugas itu. Ketika ia melihat berkas dari Clauwhauser (macan gemuk yang suka makan), ia melihat tuan Otterton sedang memakan Pwisikcle yang diketahuinya merupakan es jualan Nick, rubah yang  dibelanya saat ingin membeli es besar (ukuran jumbo) dengan alasan untuk anaknya namun Nickmenipunya yang  ternyata es besar itu diubahnya menjadi es krim kecil-kecil dengan taktiknya lalu menjual es itu ke sekolah tupai. 

          Dengan cara merekam pembicaraannya dengan Nickia pun berhasil menipunya dan mau membantu Judyuntuk menyelesaikan kasus Tuan Otterton yang menghilang. Mereka mencari dari tempat klub natural (kalau dilihat-lihat kayak hewan jaman sekarang itu J)  lalu pergi ke tempat pencari nomor plat, sayangnya yang melayani kukang dan gerakannya sangat lambat (sampai-sampai ketawa aja kayak orang terbata-bata). Setelah mengetahui pemiliknya adalah keluarga tikus. Karena kesalahpahaman membuat Judydan Nickhampir saja dibekukan, untung putri si tikus yang mau menikah ternyata adalah tikus yang ditolong Judysaat mengejar pencuri. Mereka pun ikut dalam pesta pernikahan tikus tersebut. Selesai itu si tikus (yang bicaranya sok kayak bos besar (emang bos besar)) menceritakan tentang Otterton yang menjadi tukang bunga langganannya. Ternyata ketika dijemputnya untuk mengantar bunga ia menyerang orang-orang yang menjemputnya. Judypun melaporkan hal tersebut, namun atasannya tidak percaya karena saksinya adalah rubah. Hingga mereka diberi waktu kembali menyelidiki kasus tersebut sampai menemukan fakta bahwa hewan predator sudah kembali menjadi liar. Dan bahwa walikota mereka menyembunyikan hewan-hewan yang menjadi liar tersebut. Lalu bagaimanakah lanjutan ceritanya?

Film ini jujur kuakui bagus banget. Apalagi di awal film sudah dimunculkan tentang cerita hewan predator dan pemangsa yang kemudian bersatu untuk pertama kalinya di sebuah kota bernama Zotopia.Tokoh si Judy sendiri walaupun ambisius dan bermimpi tinggi tapi sifat pantang menyerahnya dalam mewujudkan mimpi sangat patut diacungi jempol. Dari kelinci biasa-biasa saja dan diragukan masuk kepolisian sampai akhirnya menjadi siswa terbaik di akademik.Tapi tampilannya yang terlihat kurus sebagai kelinci jadi beda jauh sama ayah ibunya yang sedikit berisi dan lucu. Ost dari film ini yang dinyanyikan Sakira (juga sebagai pengisi suara artis bernama Giselle) berisi bahwa kita harus selalu mencoba walaupun kita selalu gagal.

 Yang menurutku paling menarik di film ini adalah tempat-tempat yang memperlakukan hewan apapun dengan adil. Seperti ketika Judyingin pergi ke kota Zotopia pintu kereta yang mengantarnya terbagi menjadi tiga, ukuran besar (untuk hewan-hewan besar, seperti gajah), sedang (untuk hewan berukuran sedang, seperti Judytentunya), kecil (untuk hewan sejenis tikus dll). Selain itu di tempat kerja terdapat kolah untuk dilalui kudanil, alat untuk jerapah menggapai minuman, dan masih banyak lagi. Pokoknya nggak tebang pilih (nggak kayak di Indonesia ya, hehe) Juga ada kota tikus yang isinya tikus semua, ini terlihat jelas saat Judy mengejar pencuri.

Sayangnya film ini kayak film detektif atau polisi penjahat lainnya. Kayaknya semuanya serba kebetulan. Seperti Judyyang kebetulan menemukan fakta tentang pelolong malam dari percakapan ayahnya dan  Gideon Grey, juga tentang dalang dari semua masalahnya yang ternyata adalah teman Judy sendiri. Di film ini juga kayaknya ada unsur promosi buat film-film sebelumnya yang diplesetkan dengan judul hewan (apa aja ya isinya? Tunggu di laman lainnya ya...)
Kalau buat ditonton anak-anak ini film kayaknya bagus dan nggak ada unsur yang harus disensor kayak film minion. Mendidik dan mengajarkan sifat pantang menyerah, percaya pada orang lain, toleransi. Yang jelas selamat menonton...... J
ada yang lupa nih. gambar di film ini kudapat dari temen yang sumbernya NONTON FILM 21. Dan maaf ya subtitlenya masih kelihatan.