Haduh, baru beberapa hari ini lagi sibuk baca novel. Hehe,
maklum baru kelas 12 palah jadi sering baca novel, dulu-dulu sih ogah. Nah,
setelah berkutat dengan ratusan buku di perpustakaan daerah akhirnya pilihan
jatuh pada novel Tere-Liye, Kisah sang penandai. Ini novel ke dua Tere-Liye
yang kubaca. Setelah novel satunya yang berjudul Rindu.
Novel ini bercerita tentang Jim seorang pemuda yatim
piatu pemain biola yang hidup di sebuah kota kecil. Sebuah dongeng cinta tentang pendiri kota tersebut
membuatnya sangat percaya akan cinta
sejati. Pertemuannya dengan Nayla membuahkan cinta yang berakhir dengan
perpisahan yang sangat menyedihkan. Nayla meninggal meminum racun akibat
ketidakberdayaan Jim membawanya lari dari perjodohan Nayla dengan pemuda
pilihan keluarganya.
Di saat kesedihan itu datang, Sang
penandai, (orang yang menjaga dongeng-dongeng) datang memilih Jim mengukir dongengnya sendiri. Lepas dari pemburu baduin
yang ingin membunuhnya sebagai balasan atas kematian Nayla, Jim yang mengikuti
saran sang penandai, mengikuti sebuah ekspedisi menemukan Tanah Harapan. Bersama
armada kota terapung, Jim mengarungi lautan luas membawa kenangan di hatinya
yang tak kunjung hilang, bahkan berkali-kali membuat menangis, ketertarikannya pada alat musik petik yang
dilihatnya di sebuah kota membuatnya akrab dengan kamar satu kabinnya bernama
Pate yang menjadi teman dekat yang selalu menemaninya. Di kapal inilah Jim
mengetahui ada orang lain yang terpilih juga oleh sang penandai, adalah
Laksamana Ramizez yang dijanjikan memiliki dongeng berhubungan dengan masa lalu, masa sekarang, juga masa
depan.
Berbagai
peristiwa dan pertemuan-pertemuan baru membuat kenangan akan nayla kembali
datang. setelah pertempuran dengan para perompak, Jim bertemu dengan seorang
gadis ketika menemani Pate pergi ke puncak adam. Juga dijodohkan dengan gadis
yang bernama sama dengan kekasihnya, Nayla di Kota Champa. Namun masa lalunya
dengan Nayla berbuah kesetiaan juga kesedihan tidak dapat berdamai dengan masa
lalunya. Hingga akhirnya sebuah kejutan akan harga sebuah kepercayaan pun ada
di akhir kisah ini.
Kalau
bisa dibilang sejauh ini aku suka dengan novel Tere-Liye. Hehe Om Darwis keren
banget nih dalam menggambarkan alur ceritanya yang ada di laut. Apalagi bahasa
dalam novel ini ringan dan cocok untuk semua umur, walaupun tebel juga kayak
novel rindu tapi kalau udah baca novelnya nggak bisa nolak untuk buka halaman
berikutnya lagi...lagi dan sampai ending novel ini.
Tapi
setelah kemarin aku berkutat dengan novel rindu yang waduh, kesel sama bentuk
font penulisannya yang tebel dan lumayan kayak ketikan jadul buat aku jenuh
juga dengan bentuknya. Tapi isinya tetep penuh dengan amanat-amanat baik.
Ketika
tahu novel ini sebagian besar settingnya
di laut, jadi inget novel Rindu juga. Tokoh Jim di sini mengingatkanku pada
tokoh si Ambo Uleng yang sama-sama membawa masa lalu yang getir tentang cinta
sejatinya (sama-sama tidak direstui dan berpisah, walaupun yang satunya bunuh
diri dan satunya lagi emang kagak direstui).
novel
ini akan membawa kita pada fantasi-fantasi, dan cukup membuat kita
menebak-nebak di mana sih sebenernya setting negara tempat tinggal Jim?
atau di mana negara-negara tempat
laksamana Ramizes dan armada kota terapung kunjungi untuk menuju Tanah Harapan.
Terus Tanah Harapan itu sendiri sebenarnya ada di mana?
Buat yang penasaran bisa langsung lihat tabungan, itung duit
terus ke toko buku beli buku ini atau... tanya temen-temen kalau ada yang punya
pinjem buku ini, atau cari di perpustakaan sekolah/ perpustakaan lainnya, terus
pinjem buku ini. hehehJ
bercandanya nggak lucu ah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar