Selasa, 18 Oktober 2016

TERE-LIYE KISAH SANG PENANDAI


Haduh, baru beberapa hari ini lagi sibuk baca novel. Hehe, maklum baru kelas 12 palah jadi sering baca novel, dulu-dulu sih ogah. Nah, setelah berkutat dengan ratusan buku di perpustakaan daerah akhirnya pilihan jatuh pada novel Tere-Liye, Kisah sang penandai. Ini novel ke dua Tere-Liye yang kubaca. Setelah novel satunya yang berjudul Rindu.
Novel ini bercerita tentang Jim seorang pemuda yatim piatu pemain biola yang hidup di sebuah kota kecil. Sebuah dongeng  cinta tentang pendiri kota tersebut membuatnya  sangat percaya akan cinta sejati. Pertemuannya dengan Nayla membuahkan cinta yang berakhir dengan perpisahan yang sangat menyedihkan. Nayla meninggal meminum racun akibat ketidakberdayaan Jim membawanya lari dari perjodohan Nayla dengan pemuda pilihan keluarganya.
          Di saat kesedihan itu datang, Sang penandai, (orang yang menjaga dongeng-dongeng) datang memilih Jim mengukir  dongengnya sendiri. Lepas dari pemburu baduin yang ingin membunuhnya sebagai balasan atas kematian Nayla, Jim yang mengikuti saran sang penandai, mengikuti sebuah ekspedisi menemukan Tanah Harapan. Bersama armada kota terapung, Jim mengarungi lautan luas membawa kenangan di hatinya yang tak kunjung hilang, bahkan berkali-kali membuat menangis,  ketertarikannya pada alat musik petik yang dilihatnya di sebuah kota membuatnya akrab dengan kamar satu kabinnya bernama Pate yang menjadi teman dekat yang selalu menemaninya. Di kapal inilah Jim mengetahui ada orang lain yang terpilih juga oleh sang penandai, adalah Laksamana Ramizez yang dijanjikan memiliki dongeng berhubungan dengan masa lalu, masa sekarang, juga masa depan.
          Berbagai peristiwa dan pertemuan-pertemuan baru membuat kenangan akan nayla kembali datang. setelah pertempuran dengan para perompak, Jim bertemu dengan seorang gadis ketika menemani Pate pergi ke puncak adam. Juga dijodohkan dengan gadis yang bernama sama dengan kekasihnya, Nayla di Kota Champa. Namun masa lalunya dengan Nayla berbuah kesetiaan juga kesedihan tidak dapat berdamai dengan masa lalunya. Hingga akhirnya sebuah kejutan akan harga sebuah kepercayaan pun ada di akhir kisah ini.
Kalau bisa dibilang sejauh ini aku suka dengan novel Tere-Liye. Hehe Om Darwis keren banget nih dalam menggambarkan alur ceritanya yang ada di laut. Apalagi bahasa dalam novel ini ringan dan cocok untuk semua umur, walaupun tebel juga kayak novel rindu tapi kalau udah baca novelnya nggak bisa nolak untuk buka halaman berikutnya lagi...lagi dan sampai ending novel ini.
Tapi setelah kemarin aku berkutat dengan novel rindu yang waduh, kesel sama bentuk font penulisannya yang tebel dan lumayan kayak ketikan jadul buat aku jenuh juga dengan bentuknya. Tapi isinya tetep penuh dengan amanat-amanat baik.
Ketika tahu novel ini  sebagian besar settingnya di laut, jadi inget novel Rindu juga. Tokoh Jim di sini mengingatkanku pada tokoh si Ambo Uleng yang sama-sama membawa masa lalu yang getir tentang cinta sejatinya (sama-sama tidak direstui dan berpisah, walaupun yang satunya bunuh diri dan satunya lagi emang kagak direstui).
novel ini akan membawa kita pada fantasi-fantasi, dan cukup membuat kita menebak-nebak di mana sih sebenernya setting negara tempat tinggal Jim? atau  di mana negara-negara tempat laksamana Ramizes dan armada kota terapung kunjungi untuk menuju Tanah Harapan. Terus Tanah Harapan itu sendiri sebenarnya ada di mana?

Buat yang penasaran bisa langsung lihat tabungan, itung duit terus ke toko buku beli buku ini atau... tanya temen-temen kalau ada yang punya pinjem buku ini, atau cari di perpustakaan sekolah/ perpustakaan lainnya, terus pinjem buku ini. hehehJ bercandanya nggak lucu ah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar